EMA atau ada juga yang menyebut dengan XMA, merupakan penyempurnaan dari metode SMA. Seperti kita ketahui bahwa pembobotan SMA merupakan penyebab yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan sinyal perubahan trend. Pemberian bobot pada EMA sama seperti juga pada WMA, melibatkan periode. Hanya saja perbedaannya jika pada WMA semakin panjang periode yang kita gunakan maka semakin besar bobot nilai terakhirnya, maka pada XMA terjadi sebaliknya yaitu semakin panjangperiode yang kita pakai maka semakin kecil pembobotan nilai terakhir yang kita pakai.
Ok, mari kita lihat contoh perhitungannya. Dibawah ini adalah perhitungan EMA 6 periode:
No | Data | Previous EMA | EMA |
1 | 25 | ||
2 | 24 | ||
3 | 28 | ||
4 | 24 | ||
5 | 26 | ||
6 | 27 | 25,666667 | 26,047619 |
7 | 29 | 26,047619 | 26,891155 |
8 | 30 | 26,891155 | 27,779396 |
9 | 31 | 27,779396 | 28,699567 |
10 | 30 | 28,699567 | 29,071119 |
11 | 29 | 29,071119 | 29,050799 |
12 | 31 | 29,050799 | 29,607713 |
Beberapa dari Anda yang memperhatikan data-data yang membosankan ini pastilah bertanya-tanya dari mana nilai previous EMA pada data nomor 6 karena bukankah kita belum sama sekali memiliki nilai EMA pada bagian sebelumnya? Jawabannya, nilai previous EMA tersebut adalah nilai SMA. Jadi, nilai EMA untuk data pertama adalah sama persis dengan nilai SMA. Dalam contoh diatas besarnya adalah 25,666667. Diperoleh dari (25+24+28+24+26+27)/6 = 25,666667. Sama persis dengan cara menghitung SMA bukan? (ayo lihat kembali pada bab sebelumnya!!).
EMA atau XMA pada nomor 6 diperoleh dari rumus diatas yaitu :

Perhitungan terus dilakukan seperti cara diatas untuk memperoleh nilai EMA berikutnya. Tapi sudahlah, Anda tidak perlu melakukan perhitungan seperti saya karena semuanya sudah tersedia secara otomatis pada masa sekarang. Namun jika Anda tertarik untuk melakukan cross check dengan apa yang saya berikan, silakan saja. Tidak ada yang menghalangi Anda.
Aplikasi EMA
Secara keseluruhan, peraturan pada EMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja. Berikut ringkasannya:
No | Posisi XMA | Arti |
1 | XMA berada dibawah harga. | Kondisi bullish / trend naik. |
2 | XMA berada diatas harga. | Kondisi bearish / trend menurun. |
3 | XMA memotong harga dari bawah. | Perubahan trend menuu bearish. |
4 | XMA memotong harga dari atas. | Perubahan trend menuju bullish. |
5 | XMA periode lebih pendek memotong XMA periode lebih panjang dari bawah. | Perubahan trend menuju bearish. |
6 | XMA periode lebih pendek memotong XMA periode lebih panjang dari atas. | Perubahan trend menuju bullish. |
7 | XMA dengan periode lebih panjang berada diatas XMA berperiode lebih pendek | Kondisi bearish / trend menurun. |
8 | XMA dengan periode lebih panjang berada dibawah XMA berperiode lebih pendek. | Kondisi bullish / trend naik. |
Nah, gambar dibawah ini adalah aplikasi dalam memprediksi trend yang akan terjadi dengan menggunakan XMA. Cara penggunaannya sama persis dengan penggunaan pada SMA.

Grafik GBP/USD, Daily. Diambil 1 Juli 2005. Sumber : www.netdania.com
Penggunaan dengan memakai dua buah XMA juga dapat digunakan sama seperti pada SMA.

Grafik GBP/USD, 1 hour. Diambil 04 Juli 2005. Sumber : www.netdania.com
No comments:
Post a Comment